Bangkalan (ANTARA News) - "Operations Support Manager" SPE Petroleum Ltd., Akhmad Sabidi, mengatakan pihaknya hingga sekarang belum melakukan eksplorasi minyak dan gas bumi (migas) di Bangkalan, Madura, Jawa Timur, karena sebagian warga belum merelakan lahannya untuk kepentingan tersebut.
"Selama ini masyarakat masih khawatir akan terjadi bencana seperti Lumpur Lapindo. Akan tetapi, kekhawatiran tidak boleh mengeneral di semua pengeboran migas. Kami yakin tidak keluar lumpur seperti di Sidoarjo, tetapi migas," kata Akhmad Subaidi di Bangkalan, Minggu.
Saat ini, kata dia, pihaknya bersama The Cholil AG Institute menyosialisasikan seputar rencana ekplorasi migas di kabupaten setempat.
"Kami mengedepankan pendekatan persuasif, di samping pendekatan keagamaan. Misalnya dengan menggelar istigasah bersama ratusan warga di Masjid Darussalam, Desa Banyonning Dajah, Kecamatan Geger, Sabtu (12/9)," katanya.
Istigasah itu dihadiri tokoh masyarakat dan tokoh ulama, antara lain K.H. Zaini Sabrah, K.H. Nasih Aschall, K.H. Imam Buchori Cholil, dan Kades Bayonning Dajah, Hadiri.
Doa untuk memohon pertolongan kepada Allah Swt. juga dihadiri ratusan warga, baik yang menolak maupun yang menerima, eksplorasi migas yang dilakukan oleh SPE Petroleum Ltd.
"Istigasah digelar untuk memohon petunjuk pada Allah Swt. terkait dengan rencana pengeboran eksplorasi migas di sini," kata Ketua The Cholil AG Institute, K.H. Imam Buchori Cholil.
Menurut Ra Imam--sapaan akrab K.H. Imam Buchori Cholil--jika rencana ekplorasi yang dilakukan SPE Petroleum memberikan kemaslahatan bagi masyarakat, Allah akan memberi kemudahan.
"Sebaliknya, bila rencana ekplorasi hanya akan memberikan dampak negatif (mudarat), urungkanlah rencana tersebut," ucapnya.
Imam mengatakan pihaknya menggelar istigasah karena belum ada titik temu antara masyarakat dengan SPE Petroleum Ltd. Pasalnya, sebagian dari pemilik lahan menolak tanahnya untuk tempat pengeboran.
"Maka dari itu, kami berdoa dan mohon petunjuk kepada Yang Mahakuasa terkait rencana ekplorasi migas. Dengan istigasah ini, insya Allah ditemukan jalan keluar yang terbaik," katanya berharap.
Sementara itu, Kades Banyonning Dajah, Hadiri, mengatakan di wilayahnya akan dilakukan eksplorasi di dua tempat, yakni sumur migas di Banyonning yang terletak di sebelah barat dan timur desa.
"Namun, proses pengeboran belum bisa dilaksanakan karena masih ada pemilik lahan yang tidak bersedia melepaskan tanahnya untuk kepentingan ini," katanya.
Menurut Hadiri, masyarakat masih trauma dengan aktivitas ekplorasi migas karena takut kejadian Lumpur Lapindo bakal terulang di desa setempat. Akhirnya mereka memilih menolak terhadap rencana eksplorasi migas.
"Namun, yang tidak setuju itu hanya sebagian kecil. Terbukti dari 5,6 hektare lahan yang dibutuhkan Petroleum, 95 persen proses pembebasan tanahnya sudah rampung, dan sisanya masih negosiasi," ujarnya
"Selama ini masyarakat masih khawatir akan terjadi bencana seperti Lumpur Lapindo. Akan tetapi, kekhawatiran tidak boleh mengeneral di semua pengeboran migas. Kami yakin tidak keluar lumpur seperti di Sidoarjo, tetapi migas," kata Akhmad Subaidi di Bangkalan, Minggu.
Saat ini, kata dia, pihaknya bersama The Cholil AG Institute menyosialisasikan seputar rencana ekplorasi migas di kabupaten setempat.
"Kami mengedepankan pendekatan persuasif, di samping pendekatan keagamaan. Misalnya dengan menggelar istigasah bersama ratusan warga di Masjid Darussalam, Desa Banyonning Dajah, Kecamatan Geger, Sabtu (12/9)," katanya.
Istigasah itu dihadiri tokoh masyarakat dan tokoh ulama, antara lain K.H. Zaini Sabrah, K.H. Nasih Aschall, K.H. Imam Buchori Cholil, dan Kades Bayonning Dajah, Hadiri.
Doa untuk memohon pertolongan kepada Allah Swt. juga dihadiri ratusan warga, baik yang menolak maupun yang menerima, eksplorasi migas yang dilakukan oleh SPE Petroleum Ltd.
"Istigasah digelar untuk memohon petunjuk pada Allah Swt. terkait dengan rencana pengeboran eksplorasi migas di sini," kata Ketua The Cholil AG Institute, K.H. Imam Buchori Cholil.
Menurut Ra Imam--sapaan akrab K.H. Imam Buchori Cholil--jika rencana ekplorasi yang dilakukan SPE Petroleum memberikan kemaslahatan bagi masyarakat, Allah akan memberi kemudahan.
"Sebaliknya, bila rencana ekplorasi hanya akan memberikan dampak negatif (mudarat), urungkanlah rencana tersebut," ucapnya.
Imam mengatakan pihaknya menggelar istigasah karena belum ada titik temu antara masyarakat dengan SPE Petroleum Ltd. Pasalnya, sebagian dari pemilik lahan menolak tanahnya untuk tempat pengeboran.
"Maka dari itu, kami berdoa dan mohon petunjuk kepada Yang Mahakuasa terkait rencana ekplorasi migas. Dengan istigasah ini, insya Allah ditemukan jalan keluar yang terbaik," katanya berharap.
Sementara itu, Kades Banyonning Dajah, Hadiri, mengatakan di wilayahnya akan dilakukan eksplorasi di dua tempat, yakni sumur migas di Banyonning yang terletak di sebelah barat dan timur desa.
"Namun, proses pengeboran belum bisa dilaksanakan karena masih ada pemilik lahan yang tidak bersedia melepaskan tanahnya untuk kepentingan ini," katanya.
Menurut Hadiri, masyarakat masih trauma dengan aktivitas ekplorasi migas karena takut kejadian Lumpur Lapindo bakal terulang di desa setempat. Akhirnya mereka memilih menolak terhadap rencana eksplorasi migas.
"Namun, yang tidak setuju itu hanya sebagian kecil. Terbukti dari 5,6 hektare lahan yang dibutuhkan Petroleum, 95 persen proses pembebasan tanahnya sudah rampung, dan sisanya masih negosiasi," ujarnya
0 komentar:
Posting Komentar