SEPI : Seorang warga melintas di dekat sumur minyak milik Exxon di Lapangan Kemuning. Cadangan migas di tempat ini lebih sedikit dibandingkan dengan cadangan migas di Banyuurip dan Jambaran. (30t) SM/Abdul Muiz | |
MESKI terletak di tengah hutan, tidak sulit untuk mencapai Lapangan Kemuning. Jalan menuju lokasi, sebagian besar sudah beraspal. Hanya sekitar 500 meter saja jalan menuju lapangan itu berupa jalan bebatuan. Jalan makadam ini membelah hutan jati lebat milik Perhutani KPH Cepu.
Sebagian besar jalan menuju lokasi yang sudah beraspal, menyebabkan perjalanan dari pusat Kota Blora ke Lapangan Kemuning hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Jarak dari Kota Blora sendiri mencapai sekitar 20 kilometer. Mobil dan truk bisa masuk hingga ke lokasi sumber minyak.
Tidak seperti tiga lapangan migas Blok Cepu yang berada di Bojonegoro yang ketat penjagaannya, di Lapangan Kemuning dan Alasdoro hanya terdapat beberapa petugas penjaga. Mereka pun terlihat lebih familier dengan warga sekitar atau pun warga yang baru dikenalnya. Jalan masuk ke lokasi dari arah Nglobo, hanya akan dijumpai pintu gerbang yang dibangun Pertamina. Hal ini cukup beralasan. Sebab di daerah ini juga terdapat beberapa sumur minyak yang dikelola perusahaan milik pemerintah tersebut. Warga di sekitar kawasan lapangan minyak, bebas keluar masuk melalui pintu gerbang yang hanya dijaga 2-3 orang. Lepas dari pintu gerbang ini kita akan menjumpai pemukiman warga yang terdiri dari beberapa desa. "Jalan ini adalah jalan umum. Jadi semua boleh melewati jalan ini," ujar salah seorang warga.
Meski demikian 500 meter sebelum masuk Lapangan Kemuning, pengendara yang membawa mobil ataupun motor, harus berhati-hati. Sebab kondisi jalan berbatu cukup terjal serta sebagian lainnya berupa tanah dapat membuat mobil atau motor terjungkal jika pengendara tidak mampu mengendalikan laju kendaraannya.
Jarak terdekat rumah warga dengan lokasi sumber minyak, sekitar 300 meter. Lokasi sumber minyak yang terletak di tengah hutan, menyebabkan warga tidak banyak yang mendatangi tempat ini. Belum adanya aktivitas eksplorasi menyebabkan tempat ini sepi. Yang terlihat di sini hanya berupa patok besi dan tabung penampungan minyak yang menandai di tempat ini diketemukan sumber minyak.
Selain itu terlihat pula pipa-pipa minyak yang menghubungkan beberapa sumur minyak dengan stasiun penampungan minyak. Untuk menjaga keamanan di sekitar kawasan penampungan minyak, Exxon Mobille juga membuat pagar dari besi dengan tinggi tak sampai dua meter yang mengelilingi sumber minyak atau stasiun penampungan. Ada 2-3 petugas keamanan terlihat berjaga di tempat ini.
Tak jauh dari Lapangan Kemuning dan Alasdoro, aktivitas eksploitasi dan produksi dari beberapa sumber minyak dilakukan Pertamina. Seperti halnya di Desa Nglobo, di tempat ini terlihat peralatan produksi yang bekerja tanpa kenal lelah di beberapa blok sumur minyak.
Tidak Tahu
Kepala Desa Genjahan, Sudar (52), mengemukakan dirinya tidak mengetahui banyak tentang keberadaan sumber minyak di desanya tersebut. Menurutnya, atas lokasi sumber minyak di tengah hutan milik Perhutani KPH Cepu, perangkat desa, termasuk dirinya, tidak dilibatkan baik dalam pengurusan penemuan sumber minyak, maupun pembuatan patok dan pagar di sekitar lokasi. "Sampai saat ini saya tidak tahu siapa yang mengurus sumber minyak itu. Apakah Pertamina atau Exxon atau malah perusahaan lain. Sebab tanah di sumber minyak itu milik Perhutani meski tanah itu masuk wilayah desa ini. Kami juga tidak pernah diajak ngomong terkait penemuan sumber minyak ini," ujarnya.
Sudar yang sudah menjabat kades sejak 1985 ini menjelaskan, secara geografis Lapangan Kemuning masuk Desa Genjahan, namun lebih dekat dengan Desa Nglebo. Jalan tembus dari Desa Genjahan ke Kemuning tidak bisa dilalui kendaraan roda empat. Pengendara sepeda motor ataupun sepeda biasa, harus ekstra hati-hati jika melewati jalan tembus yang jaraknya sekitar 3 kilometer. Pasalnya selain terjal dan turun naik, saat hujan turun jalan tersebut sangat becek.
Bagaimana dengan lapangan minyak di Alasdoro ? Sama seperti Kemuning, sebagian besar masyarakat di Desa Ngawenan ataupun Nglebur tidak mengetahui bahwa di desanya ada lapangan minyak yang dikelola Exxon. Mereka hanya tahu, pihak Pertaminalah yang mengelola sumber minyak di sekitar Kecamatan Sambong. Hal ini cukup beralasan. Sebab di kecamatan yang jaraknya sekitar 35 kilometer dari Kota Blora ini terdapat beberapa sumber minyak yang sebagian besar dikelola Pertamina. "Saya kurang paham tentang sumber minyak di Alasdoro. Yang saya tahu memang di tempat itu diketemukan sumber minyak. Seberapa besar kapasitas produksi dan kapan akan berproduksi, saya tidak tahu," ujar Wito, salah seorang tokoh masyarakat di desa ini.
Kontribusi
Baik di Lapangan Kemuning maupun Alasdoro, kehidupan masyarakat terlihat sangat bersahaja. Sebagian besar penduduk berkerja sebagai petani. Rumah mereka terlihat lebih bagus jika dibandingkan rumah warga di sekitar Lapangan Banyuurip dan Jimbaran. Sebagian rumah warga sudah berdinding tembok dan berlantai tegel. Meski masih ada yang berdinding kayu dan berlantai tanah.
Menurut Sudar, sebagian besar warga adalah lulusan SMA. Di desa yang dipimpinnya itu terdapat pula seratus lebih sarjana. "Dari jumlah penduduk sekitar 2204 jiwa, tak kurang dari seratus orang adalah sarjana dengan berbagai disiplin ilmu," ujarnya. Dengan sumber daya manusia yang cukup mumpuni ini, Sudar menyatakan warga siap dilibatkan dalam proses produksi migas di wilayahnya. "Kalau diajak turut serta, kami mampu. Asal terlebih dahulu diberi bimbingan teknis," ujarnya.
Narso, salah seorang warga Nglobo menyatakan belum banyak kontribusi yang diberikan beberapa perusahaan yang melakukan pengeboran minyak di daerahnya. Namun dia menyebut, jalan desa yang cukup luas dan sudah beraspal merupakan salah satu manfaat yang bisa dirasakan warga sekitar.
"Yang saya tahu jalan ini dibangun Pertamina. Tapi akibat truk besar diperbolehkan masuk, jalan ini menjadi sedikit rusak," tandasnya.
Berapa besar cadangan migas di dua tempat ini? Meski tidak menyebut angka, Deva Rachman, juru bicara Exxon Mobille mengatakan cadangan migas di tempat ini lebih sedikit jika dibandingkan tiga lapangan migas di Bojonegoro. "Sebanyak 85% cadangan migas terbanyak terdapat di Bojonegoro. Sementara di Blora, hanya sekitar 15%," ungkapnya.
0 komentar:
Posting Komentar